Membangun Bangsa, Membangun Manusia

karena masa depan bangsa bukan hanya dilihat dari ekonomi, tapi juga dari kualitas manusianya

Indonesia kini sedang berbenah. Fasilitas yang dulunya hanya dapat diterima oleh kota besar, saat ini sudah dibangun infrastruktur agar lokasi lain di Indonesia dapat merasakannya juga. Presiden Joko Widodo dalam satu jilid pemerintahannya telah berusaha menggencarkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu fokus utama. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya 55 bendungan, jaringan irigasi lebih dari 865.389 Hektar (Ha), embung sebanyak 942 buah, jalan sepanjang 3.387 Kilometer (Km), jalan tol dengan total panjang 782 Km, jembatan, sistem penyediaan air minum, dan masih banyak infrastruktur lainnya [1]. Prioritas berikutnya yang diusung selama 5 tahun kedepan oleh kabinet Presiden Joko Widodo jilid ke-2 adalah pengembangan sumber daya manusia. Substansi untuk membangun bangsa ini disadari tidak hanya yang disebutkan sebelumnya (physical capital), namun juga human capital. Sumber daya manusia ini menjadi sangat penting diperhatikan karena masyarakatlah yang menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintah. Apabila masyarakatnya sejahtera, maka pemerintahan tersebut bisa dinyatakan berhasil. Sebaliknya apabila masyarakatnya susah memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya, maka ada yang salah dari strategi pemerintah. 

Pembangunan sumber daya manusia ini menjadi investasi yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Sumber daya manusia yang kompeten dapat membuat bangsa bisa terus maju dan bersaing dengan negara lainnya. Apalagi hal ini juga didukung dengan bonus demografi Indonesia yang akan hadir di tahun 2045 tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Tentu kita ingin generasi emas bangsa kita adalah sosok yang punya berkompeten serta punya jiwa pengabdian yang tinggi kepada keluarga, masyarakat, dan negara. Bonus demografi ini berupa rasio umur penduduk produktif yang lebih banyak dibandingkan penduduk yang tidak produktif. Rasio umur penduduk produktif ini akan menjadi lebih baik apabila kualitas sumber daya manusianya juga baik. Lingkungan yang dinamis dan penuh resiko di masa depan menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda kedepan. Tentu kita berharap generasi muda menjadi prime mover pertumbuhan dan pembangunan bangsa.

Alih-alih ingin memanfaatkan jumlah angkatan kerja yang produktif, bila tidak ditangani dengan benar malah justru akan memberatkan bangsa. Hal inilah yang terjadi di beberapa negara Afrika yang memiliki angka pengangguran tinggi yang didominasi usia muda[2]. Berdasarkan data dari World Economic Forum, daya saing Indonesia tahun 2019 pun turun lima peringkat dibandingkan tahun sebelumnya. Daya saing ini dipengaruhi oleh keterampilan tenaga kerja, indeks kesehatan, serta adopsi teknologi informasi dan komunikasi [3]. Bonus demografi yang dinantikan justru bagai pisau bermata dua yang dapat menjadi bencana demografi bila tidak mengembangkan sumber daya manusianya.

Lantas bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi hal ini agar dapat membangun sumber daya manusia yang berkualitas?

Pemerataan Kesehatan

Kesehatan masyarakat perlu diutamakan. Mulai dari kesehatan ibu hamil, anak sekolah, mahasiswa, pekerja, orang tua, dan kalangan masyarakat lain perlu jadi prioritas. Fasilitas kesehatan harus diperbanyak dan dipermudah agar semua orang dapat menjangkau dengan mudah. Tugas besar pemerintah hingga saat ini adalah mengurangi angka stunting, kematian ibu, dan kematian anak karena kurang gizi atau kurang penanganan. Sumber daya manusia yang berkualitas harus diawali dengan kesehatan. Sehat juga bukan berarti hanya secara fisik, namun juga sehat secara mental. Kesehatan fisik dan mental ini akan menopang individu bereksplorasi dan menjalani aktivitasnya dengan lancar.

Pelatihan Berbasis Kompetensi

Indonesia saat ini sedang berusaha belajar dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Kita perlu menjaga optimisme kita kepada generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, kita membutuhkan generasi muda yang bersikap profesional dan mampu berkolaborasi dari berbagai disiplin ilmu untuk berpihak pada kesejahteraan rakyat. Dampak ini akan menjadi bunga yang berbunga ketika mereka nantinya mampu mandiri mengembangkan industri dan menyerap tenaga kerja Indonesia secara mandiri.

Dunia industri yang semakin berkembang juga diimbangi dengan kebutuhan sumber daya manusia. Momen ini menjadi peluang kita untuk mencetak generasi muda yang sesuai dengan kebutuhan industri. Pemerintah perlu melakukan pelatihan dan sertifikasi kompetensi agar calon pekerja mudah mencari pekerjaan sesuai keahliannya. Tak hanya itu, pengembangan kompetensi juga bisa dimulai dari Sekolah Menengah Kejuruan dan vokasi karena diharapkan lulusannya mampu bersaing di dunia kerja. Oleh karena itu, perlu penyesuaian kurikulum pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Bukan hanya teori belaka, namun juga praktik.

Pemerintah perlu memfokuskan peningkatan keterampilan dan pengetahuan meningkat. Apabila lulusan pelatihan atau pendidikan ini terampil dan berpengetahuan luas, total productivity akan meningkat karena didominasi tenaga kerja yang berkualitas.

Sinergi Sumber Daya

Saat ini sektor usaha Indonesia didominasi oleh petani, nelayan, dan pengusaha mikro kecil. Agar mampu produktif, berdaya saing, dan memiliki fleksibilitas tinggi pemerintah perlu mengembangkan kemampuan masyarakatnya dari berbagai elemen. Hal ini dapat diterapkan dengan tidak menyerahkan semua sumber ekonomi pada swasta. Perlu adanya pembinaan kepada masyarakat untuk mengelola kekayaan alam dan potensi sumber daya lainnya. Warisan dan anugerah bangsa ini sebagai modal penting menuju masa depan. Pemerintah perlu menyadari bahwa jangan terus mementingkan hasilnya, tapi juga prosesnya. Apabila peran swasta dan asing terus ditingkatkan, kesejahteraan masyarakat lokal juga susah untuk berkembang. Negara maritim mana yang nelayan hidup kondisi kemiskinan yang parah? Negara agraris mana yang petaninya justru kesulitan? Padahal semua orang butuh makan, semua orang butuh hasil panen para petani. Apa kita ingin terus seperti ini?

Secara bertahap pemerintah perlu melibatkan aktif pengusaha lokal, petani, dan nelayan di dalam siklus bisnis yang sedang berjalan. Misalnya dengan membuat aturan untuk mempermudah prinsip backward linkage dan forward linkage.

Backward linkage → perusahan besar membantu para usaha kecil dengan mengambil hasil panen atau produk sebagai bahan bakunya. Dengan demikian potensi impor bahan baku dapat dikurangi dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang kualitasnya tidak kalah saing. Tak hanya sumber daya, tenaga kerja dan kondisi masyarakat setempat juga dapat dijadikan potensi.

Forward Linkage → hasil produksi usaha kecil ke dipasarkan ke pasar domestik dan dunia agar mencapai target konsumen yang diinginkan.

Pemerintah juga harus memerhatikan tolok ukur utama dari ekosistem yang dibuat. Membangun bangsa adalah membangun manusianya.  Pembangunan tak hanya dalam aspek ekonomi, namun juga harus mengutamakan aspek kemanusiaannya. Tenaga kerja yang berlimpah, apabila tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan akan menjadi beban. Dampak negatifnya, kondisi masyarakat akan terpuruk, tingginya angka social unrest sehingga negara malah menjadi penyedia buruh murah.

Apa yang dibutuhkan Indonesia?

Butuh Pribadi yang Punya Integritas

Supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikkan budi.

Ujaran bijak dari Minang mempunyai arti apabila kita ingin pandai, kita bisa mendapatkannya dengan berguru. Bila kita ingin kemuliaan perlu mendapatkannya dengan budi yang tinggi.

Lembaran uang rupiah dan asing masuk ke kantong pejabat yang tidak bertanggung jawab. Tujuannya hanya sebagai pelicin kegiatan agar memuaskan kelompok tertentu. Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun 2018 berhasil mengungkap 30 kasus korupsi. Kasus ini menyangkut berbagai profesi di lingkungan pemerintahan dengan total barang bukti Rp 24,4 miliar, USD 14.110, dan SGD 310.100 [4]. Dasar dari semua kriteria adalah integritas. Integritas ini juga dikuatkan dengan nilai agama dan moral dalam diri sendiri agar menjadi pondasi dalam melakukan tugasnya. Ketika pribadi sudah punya pondasi ini, maka langkah strategis dan praktis selanjutnya pun dengan mudah dapat dilaksanakan. Sebaliknya, apabila pondasi ini tidak kokoh atau goyah maka akan mudah juga runtuh dan mengikuti arus yang tidak baik.

Moral compass sebagai penuntun moral kehidupan sehari-hari. Hal ini penting agar tiap individu punya arah yang jelas dan prinsip yang kuat. Prinsip yang kuat ini dapat dicerminkan dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Moral compass membuat pribadi punya integritas yang kuat untuk kesejahteraan bersama dan tidak mengekor. Pemerintah dapat berpartisipasi untuk membentuk generasi berikutnya yang berkualitas. Memberikan contoh dan teladan adalah hal sederhana yang dapat dilakukan. Anak-anak di bangku sekolah, mahasiswa, dan pemuda lainnya sedang mencari panutan dalam kehidupannya. Merekalah leaders of future yang perlu dibina dan menjadi pemimpin Indonesia kedepan.

“When the norms of a society change in a way that so many have lost their moral compass, it says something significant about the society” (Stiglitz, 2012)

Butuh Pribadi yang Inovatif

“Orang bilang tanah kita tanah surga,

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”

Percayalah. Indonesia ini amatlah kaya. Kaya akan potensi sumber daya alam, kaya akan luas wilayah, kaya akan keberagaman. Memanfaatkan kepintaran saja belum cukup untuk mengeksplorasi kekayaan Indonesia. Perlu banyak inovasi untuk memberikan nilai tambah kita di mata dunia yang bergerak dinamis. Untuk membentuk ekosistem yang membangun, pemerintah harus terlibat dengan memberikan nilai. Saat ini hasil cetak dari program sekolah hanya terfokus pada kompetisi untuk menjadi lebih baik. Seharusnya pemerintah menitikberatkan kolaborasi agar lulusan sekolah atau perguruan tinggi mampu bekerja sama dan melengkapi satu sama lain. Pemerintah juga harus menggunakan kekuatan semua elemen bangsa untuk berkolaborasi bagi kepentingan rakyat.

“Kelemahan kita ialah kita kurang percaya diri sebagai bangsa sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang memercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” – Soekarno pada HUT Proklamasi RI tahun 1966

Pemerintah juga perlu memikirkan rencana jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia yang kreatif. Hal ini terbukti dengan kapasitas impor Indonesia yang sangat tinggi dibandingkan ekspornya. Rencana jangka panjang harus diterapkan dalam bentuk pelatihan dan bimbingan bagi penggerak usaha kecil dan menengah agar dapat meningkatkan produksinya. Jangan sampai kita menjadi bangsa pengimpor tanpa punya daya kreativitas untuk memproduksi.

Butuh Pribadi yang Mendengar

Untuk mewujudkan visi Indonesia: pembangunan sumber daya manusia, pemerintah harus peka dengan kondisi sekitar. Misalnya saja menguatkan dan memerhatikan pada petani dan nelayan. Mendukung pengusaha mikro dan kecil untuk berkembang serta meningkatkan kemampuan mereka. Aturan atau program kerja yang dibuat boleh saja banyak, namun harus diperhatikan kualitas ketercapaiannya juga. Alih-alih ingin membuat rakyat senang, program kerja yang asal buat akan mengakibatkan masyarakat tak tersalurkan produktivitasnya bahkan menjadi beban. 

Pribadi yang mendengar juga perlu menjaga hati rakyatnya. Kemakmuran masyarakat harus diutamakan, bukan kemakmuran seseorang atau golongan tertentu. Ketegasan sikap dan prinsip untuk menjaga amanah rakyat akan menciptakan ekonomi yang stabil berkelanjutan. Sebaliknya ketidakpastian dan inkonsistensi akan menciptakan ekonomi yang lemah.

Mulat sarira angrasa wani, rumangsa melu andarbeni, wajib melu angrukebi

(Berani mawas diri, merasa ikut memiliki, wajib menjaga)

Kesempatan inilah yang dilihat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia / Indonesian Chamber of Commerce and Industry untuk menyelaraskan dengan program prioritas pemerintah. Kadin Indonesia memfasilitasi pengusaha dalam wadah untuk berkomunikasi, baik antar pengusaha maupun dengan pemerintah terkait aturan perdagangan, industri dan jasa. Tak hanya itu, Kadin juga turut menciptakan iklim usaha yang mendukung, mengembangkan sumber daya manusia, memberdayakan usaha kecil dan menengah, serta berbagai tugas lainnya. Mereka juga aktif memberikan saran, kritik membangun, dan menyusun langkah strategis.

Kadin juga ikut melakukan sosialisasi dari kebijakan yang pemerintah buat kepada pengusaha agar tepat sasaran. Berbagai program kerja yang bermanfaat untuk menghadapi tantangan global yang dinamis pun juga sudah dirancang, antara lain peningkatan ekspor Indonesia, mendorong pertumbuhan industri berdaya saing dan bernilai tambah, serta program penciptaan lapangan kerja.

Kokosten pun takjub dengan pelatihan yang sudah pernah diselenggarakan oleh Kadin Bidang Pemberdayaan Perempuan Bidang Ekonomi bekerjasama dengan DPP IWAPI (WKU Bidang IT & Pendidikan, Humas dan UKM) mengenai Pelatihan Digital Interaktif Marketing Tools. Hal ini membuktikan bahwa mereka berani melihat peluang bisnis dan membantu pengusaha memasarkan produknya. Salut untuk Kadin Indonesia!

KESIMPULAN

Membangun bangsa berarti harus membangun manusianya. Mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan dengan pemerataan kesehatan sebagai pondasi, pelatihan berbasis kompetensi, dan sinergi sumber daya sebagai ujung tombaknya. Tantangan global semakin bervariasi dan penuh risiko, kita sebagai pribadi harus mempunyai integritas tinggi, inovatif, dan mendengar. Pemerintah harus memberikan teladan yang baik bagi generasi muda. Membangun ekosistem yang kreatif dan inovatif juga harus dilakukan sebagai investasi jangka panjang guna membentuk bangsa yang produktif bukan konsumtif.

“for a fighting nation, there is no journey’s end”

Tantangan harus diselesaikan, tantangan satu selesai, tantangan berikutnya akan muncul

Demikian postingan dari kokosten kali ini sebagai aspirasi, harapan, dan saran kepada pemerintah yang baru agar mewujudkan visi Indonesia: Pembangunan Sumber Daya Manusia. Semoga kita selalu belajar, berusaha, dan terus optimis dalam menyongsong kesejahteraan rakyat untuk seluruh rakyat Indonesia. Semangat!

 “Jer Basuki Mawa Bea”

Kesejahteraan, kemakmuran, tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dicapai dengan kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan.

Referensi

[1]  I. A. Pramesti, “Sederet Bukti Konkret Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi!,” 2019. [Online]. Available: https://www.cnbcindonesia.com/news/20190214123837-4-55506/sederet-bukti-konkret-pembangunan-infrastruktur-era-jokowi. [Accessed: 12-Dec-2019].

[2]  D. Bloom, D. Canning, and J. Sevilla, The demographic dividend: A new perspective on the economic consequences of population change. Rand Corporation, 2003.

[3]  World Economic Forum, “The Global Competitiveness Report 2019,” 2019.

[4]  Komisi Pemberantasan Korupsi, “Laporan Tahunan KPK 2018 Bahasa Indonesia,” 2018.

Sumber Foto

berbagai sumber (dilabeli untuk digunakan ulang dengan modifikasi)
workers Photo by sol on Unsplash – two men Photo by Austin Distel on Unsplash
becak Photo by Fikri Rasyid on Unsplash
men and women gathered around a table Photo by Zainul Yasni on Unsplash
gray gatch bed in hospital Photo by Martha Dominguez de Gouveia on Unsplash
planted alone Photo by Todd Quackenbush on Unsplash

Infografis Kadin Indonesia

Instagram @kadin.indonesia.official

Bukti Share Informasi Kompetisi
FacebookInstagramTwitter

Bukti Share Link Blog Competition
FacebookInstagramTwitter